Banyak perempuan bertanya “bagaimana bisa kamu menikah dengan seseorang yang belum atau bahkan tidak kamu cintai?”
Aku pun menjawab “bahwa
cinta akan datang tanpa izin mengetuk, bahwa cinta akan merangkulmu tanpa
dipinta, bahwa ia akan hadir walau dalam diam. Karena aku percaya, Allah tidak
akan menyianyiakan niat hambaNya yang ingin melengkapi sunnah.”
Menikah adalah impian
para pejatuh hati, lalu bagaimana dengan mereka yang belum dititipkanNya cinta?
Tahukah jika yang harus
kamu cintai adalah suamimu, bukan ‘calon’ suamimu. Karena tidak ada yang bisa
menjamin, apakah calon suamimu adalah takdir imammu. Karena nasi yang sudah
dimulut pun masih bisa jatuh jika bukan rezekimu. Mempelajari eksistensi rezeki
dalam Al-quran bukanlah hal mudah, bersyukurlah menjadi hamba terpilih yang
mampu memahaminya, karena hikmah setiap fenomena hidupnya melebur dan menyatu
ke dalam diri yang penuh kesyukuran. Tanpa rasa suudzhon terhadap Pencipta,
tanpa rasa kecewa untukNya meski bencana datang merubuhkan asa.
Dear shalihat, jangan
takut. Menikah bukan perlu dibangun dengan cinta, ia terwujud karena sebuah
mantra ‘ridha’.
Duhai engkau yang akan
mengalami masa, rasakanlah getaran ridha yang bahkan tidak bisa terucap kata.
Bangun solat istakharahmu, jalin hubungan terbaik dengan Sang Raja Ridha.
Bagaimana bisa kamu berharap perjalanan ini mudah dilalui tanpa berusaha
mendekatiNya? Lihatlah kamu yang memandang Allah, begitulah Allah memandangmu.
Seberapa besar kamu menyimpan kerinduanmu bertemu Allah, sebegitu besar pula
Allah merindukanmu.
“Aku (Allah) sesuai dengan persangkaan hamba
pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).
Lalu
bagaimana denganmu yang ‘katanya’ belum siap materi?
Dear
Khadijah dunia, janganlah kamu ragu dengan ketetapan Allah. Ragukanlah
keraguanmu kemudian percayalah akan janjiNya yang nyata. Bahwa rezeki untukmu
dari Sang Pemberi Rezeki, bukan siapapun. Sekali lagi, Allah tidak mungkin
menyianyiakan hambaNya yang berniat untuk melengkapi separuh agamanya. Karena
menikah adalah sunnah para Nabi dan Rasul. Karenanya terjaga kehormatan dan
merupakan benteng akhlak yang mulia. Sebab menikah ialah sumber pertolongan
Allah dan rahmatNya. Dan dari menikah, benih perhiasan terindah dunia mulai
tertanam. Apalagi yang engkau ragukan? Sekali-kali benar, menikah adalah salah
satu jalan untuk menjadikan seseorang menjadi cukup kebutuhannya.
“Bagi
kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian
sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak
cucu keturunan, dan kepada kalian Dia
berikan rezeki yang baik-baik.” (QS. An Nahl (16):72).
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian
diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan
Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur : 32)
Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang
diberi rizki oleh Allah SWT seorang istri shalihah berarti telah dibantu oleh
Allah SWT pada separuh agamanya.
Maka dia tinggal menyempurnakan separuh sisanya. (HR. Thabarani dan Al-Hakim
2/161).
“Maukah kuberi tahu pada kalian harta simpanan terbaik bagi seseorang?
Itulah seorang istri shalehah
yang menyenangkan bila dipandang (suaminya), yang patuh jika disuruh, dan
pandai menjaga diri sewaktu suaminya pergi” (HR. Abu Daud, Hakim, dan
Baihaqi)
Ada tiga golongan yang sudah pasti akan ditolong Allah, yaitu: (1) Orang yang menikah dengan maksud untuk menjaga kehormatan diri,
(2) seorang hamba mukatab yang berniat akan menunaikan, dan (3) seorang yang
berperang di jalan Allah” (Riwayat Ahmad, Nasa’i, Tarmizi, Ibnu Majah dan
al-Hakim).
Lalu, apa
lagi masalahmu?
Mungkin
ada yang pernah mengalami siatuasi begini, ketika seorang Ayah menyampaikan potongan ayat Alqur’an tentang pernikahan,
surat Ar.Ruum ayat 21 yang berbunyi: “litaskunuu
ilaiha atau supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya”, sontak si
anak berkata “bagaimana aku bisa tentram jika sebelum menikah saja tidak ada
rasa tentram atau sakinah dengan si calon pasangan?”
Tahukah
bahwa perkataan si anak adalah titik kesalahan? Ayat itu menjelaskan tentang
tujuan pernikahan, bukan panduan menuju pernikahan. Ayat itu menyebut kata
‘istri’ dahulu kemudian menggandengnya dengan rasa tentram lagi kasih sayang,
bukan calon istri atau sebaliknya. Jadi, kunci menggapai sakinah itu apa? Akadlah
jawabannya.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar. Ruum (30):21).
Kemudian, apa lagi gundahmu?
Sahabat fillah, bakar habis ragu itu. Mari mulai meyakini kuasaNya. In
sha Allah, keridhoanmu menuju pernikahan akan tiba pada saat yang paling tepat.
Saat engkau benar-benar siap dihadapanNya untuk mengemban ikatan yang disebut
di dalam Al-qur’an sebagai “mitsaqan ghaliza” atau perjanjian yang amat kukuh
(QS An-Nisa 4:21). Seberat dan sekokoh
apakah ikatan pernikahan? Semoga penulis masih diberi kesempatan untuk
membahasnya di lain waktu.
Wahai para pecinta, ridha memang belum pasti cinta
namun kekuatannya melebihi kekuatan cinta, karena ridha datang dari hati
tulusmu bukan dari hawa nafsumu. Sebab keagungan cinta bermula dari keikhalasan
ridha, bukan yang lainnya.
Dan kamu bisa
temukan cinta dalam ridhamu dan ridhaNya, namun kamu belum tentu bisa temukan
ridhamu dan ridhaNya dalam cinta. Jadi, cinta atau ridha yang kamu pilih?
0 comments:
Post a Comment